Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar - Persyarikatan Muhammadiyah

 Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar
.: Home > Berita > Prof. Dr. H. Yusuf Suyono, MA. : Kemabruran Haji itu harus di usahakan bukan predikat.

Homepage

Prof. Dr. H. Yusuf Suyono, MA. : Kemabruran Haji itu harus di usahakan bukan predikat.

Minggu, 23-10-2016
Dibaca: 968

Prof. Dr. H. Yusuf Suyono, MA., Wakil Ketua PWM Jawa Tengah memberikan tausiah pada Tabligh Akbar Mangayubagya Kepulangan Jama'ah Haji Kabupaten Karanganyar Tahun 2016. Jum'at malam (21/10/16).

 

Karanganyar, Sabtu (22/10/2016). - Dalam isian Pengajian Mangayubagya / Menyambut kedatangan Jama'ah Haji Kabupaten Karanganyar bertempat di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar Jl. Raya Solo – Tawangmangu Km. 12 Papahan Karanganyar. Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah Prof. Dr. Yusuf Suyono, MA., menekankan pentingya usaha meraih kemabruran haji pasca ibadah haji di Makah.

 

Dengan gayanya yang khas disertai dengan joke-joke berbahasa jawa yang semakin membuat suasana tabligh akbar di hadapan 1.500 an umat islam yang terdiri dari jama'ah haji Kabupaten Karanganyar tahun 2016 dan keluarga, simpatisan serta anggota Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar yang hadir dalam acara tersebut.

 

“......... Haji mabrur adalah yang tidak terkontaminasi dosa, suka memberi, ucapannya santun dan terjaga”. Orang yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah haji di makah layaknya “bayi yang baru lahir”.......” bayi itu meyenangkan, karena bayi itu belum berdosa....... Diharapkan jama'ah haji sepulang dari tanah suci juga bisa menjadi warga yang menyenangkan dilingkungannya masing-masing.

 

Prof. Yusuf juga memberikan gambaran dan kondisi riil saat ini, bahwa tantangan terberat dari haji adalah setelehnya. “........... sepulangnya sampai di tanah air yang berat” kata beliau.

 

“...... berbeda suarana dan kondisi dengan saat di makah, ...... baru bangun tidur saya kita sudah disibukkan dengan WA (whatsapp, red.), acara televisi dengan berbagai sinetronnya. “.... sangat menganggu untuk konsisten dalam ibadah. Tegas beliau.

 

“Haji sekali tapi mabrur itulah tujuan yang harus dicapai, sebagaimana sabda Nabi SAW. Bahwa haji itu cukup sekali wajibnya. “...... Kemabruran haji itu harus diusahakan bukan didapat secara serta merta, yaitu dengan senantiasa menjaga apa-apa yang selama di makah dalam ibadah haji diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari di tanah air.

 

Dalam uraian materi kajiannya, Prof. Yusuf Suyono juga meberikan penjabaran filosofi atas tuntunan ibadah-ibadah haji yang dilaksanakan di makah, misalnya :
 

  • Melepas pakaian dengan ganti Ihram, bermakna sebuah kesederhanaan dalam hidup, tidak sombong. “........ orang berhaji itu bermakna melaksanakan latihan mati dalam hidup, pakaian yang dipake sdh seperti pakaian oranga mati, sederhana dan apa yang harus disombongkan?? tanya Prof. Yusuf pada jama'ah haji yang hadir.

  • Thawaf, bermakna sebagai “Tauhid Murni”......... perlu dipertanyakan kalau orang sudah bergelar haji/hajjah koq masih percaya dukun..... percaya Dimas Kanjeng dengan tipu mullihat “penggandaan uangnya”. Orang yang sudah haji/hajah harusnya terbebas dari TBC (Tahayul, Bid'ah dan Churafat, red.).”.....mosok ada Profesor dan hajjah koq masih percaya dimas kanjeng............” tegas Prof. Yusuf yang disambut tawa dan aplaus dari jama'ah.

  • Sa'i, bermakna bahwa mencari penghasilan/mai'isah harus dimulai dengan kesucian dan diakhiri dengan sifat kedermawanan/kesucian pula. Dalam Islam mencari penghasilan harus berkonsep : Input --- Proses --- Output harus suci alias halal.

  • Wukuf di Arafah, bermakna sebagai sebuah penghayatan untuk mawa diri atau tau diri. “..... sebagai orang yang sudah ber haji/hajjah harus bisa “tau diri” patut apa tidak, layak apa tidak, pas apa tidak. “..... ini harus selalu menjadi pertanyaan-pertanyaan dalam sikap dan perilaku sehari-hari.

  • Lempar jamarah/jumrah, difisolofikan bahwa sebagai orang yang sudah bergerar haji/hajjah harus bisa melempar jauh-jauh ajakan setan/kemaksiatan.

Itulah makna-makna pasca ibadah haji yang harus senantiasa dijaga dan dilakukan dalam rangka meraih/mengusahkan kemabruran haji.

 

....... syukurlah di Indonesia orang yang sudah beribdah haji diberikan gelah H atau Hj di depan namanya itu bisa menjadi kontrol dan kendali yang selayaknya atau tidaknya orang bersikap dan berperilaku setelah berhaji” ungkap Prof . Dr. Yusuf Suyono, MA., menutup pengajian dalam rangka mangayubagya kepulangan haji Kabupaten Karanganyar tahun 2016. (MPI PDM Kra – JOe).

 


Tags:
facebook twitter delicious digg print pdf doc Kategori:



Arsip Berita

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website